4:00 PM -
Merajut Sutera Keberhasilan
No comments
Merajut Sutera Keberhasilan
Untuk pertama kali dalam kehidupan saya sebagai pembicara publik, saya bertatapan dengan ratusan pasang mata yang lapar motivasi. Anak-anak muda korban likuidasi perbankan ini, membawa refleksi mendalam dalam kehidupan saya. Baru saja memulai karir dalam beberapa tahun, tiba-tiba saja langit karir mereka bergoyang. Itupun ditutup dengan cerita kurang sedap tentang pesangon yang belum menentu.
Sebagaimana pernah saya alami, umur-umur muda baru selesai sekolah, adalah umur pembentukan yang masih ditandai sejumlah kelabilan psikologis. Bangunan karir masih jauh sekali dari selesai. Bahkan, fondasinyapun sebagian saja belum terbentuk.
Bila di tahap prematur seperti ini ada goncangan PHK, tentu ini bukanlah sebuah godaan yang ringan. Namun, apapun yang dilakukan orang di tahapan manapun, kita tidak pernah berhenti merajut sutera kehidupan (baca : keberhasilan) selama masih bernafas.
Sebagaimana pernah ditulis Swami Vivekananda, “Fikiran, kata-kata dan tindakan kita, semuanya adalah benang-benang rajutan yang kita tenun pada diri kita“. Sayangnya, banyak manusia - terutama yang sedang dilanda sejumlah godaan seperti PHK - bukannya merajut keberhasilan, melainkan menghancurkannya. Baik melalui fikiran, kata-kata maupun tindakannya.
Mari kita mulai dengan dunia fikiran. Setiap orang dewasa memiliki kerangka dalam fikirannya. Begitu bertemu dengan kerangka orang yang mirip dengan keinginan kita, maka mudah sekali timbul keakraban. Demikian juga sebaliknya. Ini yang bisa menjelaskan, kenapa seseorang dengan ‘kerangka‘ maling cepat akrab di komunitas maling. Atau seseorang dengan ‘kerangka‘ kiai cepat merasa kesepian di tengah pembohong.
Proses bagaimana kerangka tadi terbentuk, tidaklah cepat dan mudah. Ia mirip dengan proses air yang menetes kemudian melobangi batu : lama, panjang namun konsisten. Sebagian proses ini bersifat sengaja, sebagian lagi berjalan di luar kesengajaan.
Orang-orang yang hidupnya penuh frustrasi, tanpa disadari sebenarnya sedang membangun ‘kerangka’ tertentu dalam dirinya. Pada awalnya, diri kita menolak dibawa ke wilayah baru ini. Namun, begitu ajakan-ajakan frustrasi tadi dilakukan dalam waktu yang lama dan panjang, diri kita mulai merasa nyaman dengan kerangka baru ini. Makanya, orang yang tadinya pemalu (sebagai contoh penyanyi Madonna) bisa menjalani kehidupan yang jauh dari rasa malu kemudian.
Aspek kedua dari rajutan sutera keberhasilan adalah kata-kata. Yang terakhir ini sebenarnya tidak hanya rangkaian huruf yang membentuk makna. Kata-kata juga membentuk kehidupan.
Coba perhatikan manusia-manusia yang suka berkata-kata kasar, jorok, dan dengki. Bila itu dilakukan dalam kurun waktu yang lama dan panjang - tanpa perbaikan berarti - jangan terkejut kalau mereka memasuki gerbang kehidupan yang kasar, jorok dan dibenci orang. Saya pernah menemukan orang demikian dalam jumlah yang tidak sedikit. Sebaliknya, coba buka catatan sejarah tentang pemimpin-pemimpin besar. Rangkaian kata-katanya banyak yang menggugah, menyentuh dan memberi inspirasi. Kalau setelah mereka meninggal, banyak orang berkomentar seindah kata-kata yang pernah diucapkan pemimpin, ini bukanlah sebuah kebetulan belaka.
Ini bisa terjadi, karena kata-kata yang kita keluarkan sebenarnya terpantul ke diri kita. Diri kita sebagian adalah hasil echo dari kata-kata yang kita ucapkan.
Aspek ketiga sekaligus yang paling riil dari sutera keberhasilan adalah tindakan. Diri kita, sebenarnya hasil dari keputusan dan tindakan yang diambil di masa lalu. Saya menjadi pembicara publik dan konsultan karena pernah dan konsisten memutuskan untuk tetap di jalur ini. Orang bisa menjadi penjudi karena pernah memutuskan untuk menjadi penjudi.
Siapapun tanpa terkecuali, bisa memberikan warna terhadap kehidupannya melalui keputusan dan tindakannya. Namun, impak yang ditimbulkannya menjadi kecil jika seseorang sering melakukan zig-zag dalam kehidupan. Hari ini mau jadi agen asuransi, besok mau jadi pegawai bank.
Disamping itu, kita juga sedang membentuk diri sendiri melalui percobaan-percobaan kehidupan yang dilakukan setiap hari. Seorang sahabat saya di masa muda tidak bisa keluar dari profesi judi karena pernah mencoba dan menang besar. Ada teman yang sangat menikmati kehidupan menjadi pendeta, karena pernah mencoba dan ternyata cocok dengan apa yang dicari.
Digabung menjadi satu, fikiran, kata-kata dan tindakan adalah bahan-bahan sutera keberhasilan yang amat menetukan.
Syukurnya, ketiga-tiganya diizinkan untuk berada dalam kontrol kita. Sayangnya, karena ketidaktahuan, kekhilafan atau ketidakmampuan belajar, kita sering membiarkan wajah kehidupan kita ‘dibentuk’ oleh fikiran, kata-kata dan tindakan yang kita buat sendiri.
Kembali ke cerita awal saya tentang ratusan anak muda korban PHK, yang saya temui dalam seminar yang diadakan BPPN (Badan Penyeehatan Perbankan Nasional), umur muda sebenarnya sebuah peluang emas. Sutera Anda belum terlalu terbentuk. Sebagian besar fikiran Anda masih bersih. Tabungan kata-kata kotor Anda masih sedikit. Demikian juga dengan tindakan, masih terlalu banyak yang bisa dilakukan.
Kahlil Gibran dalam Sang Nabi pernah menulis :
Dan apakah kerja dengan rasa cinta itu?
Laksana menenun kain dari benang
Yang ditarik dari jantungmu
Seolah-olah kekasihmulah
Yang akan mengenakan kain itu
0 comments:
Post a Comment