Monday, May 12, 2014

Tarian Cahaya



Suatu hari seorang sahabat yang tidak bisa melihat sekaligus pintar berdebat datang ke seorang Guru. Ia minta diterangkan soal cahaya. Asal cahaya bisa ia rasakan, sentuh, cium baunya, ia akan percaya bahwa cahaya itu ada. Di akhir permintaannya, orang buta ini mengeluh sambil marah-marah: “orang-orang kebanyakan menuduh saya buta cahaya, padahal merekalah yang bohong soal cahaya”.

Pengetahuan Yang Membutakan

Dalam kadar dan bentuk yang berbeda, manusia kebanyakan seperti orang buta di atas. Menduga kehidupan hanya seluas mata memandang, hanya sejauh apa yang bisa dipikirkan, hanya sesempit perasaan. Dan bahayanya, berbekalkan wawasan yang terbatas kemudian menyerang dan menghakimi orang.

Dalam keadaan demikian, pengetahuan bukan menjadi sumber cahaya, sebaliknya ia menjadi sumber kegelapan. Kalau filsuf Descartes menulis “saya berfikir maka saya ada”, orang-orang jenis ini kalau tidak terbimbing baik bisa jatuh ke jurang berbahaya dalam bentuk “saya berfikir maka saya menyerang”. Di tangan manusia seperti ini, pengetahuan menjadi senjata yang sangat melukai.
Itu sebabnya pengikut Socrates mengembangkan dialog Socrates. Sebentuk pertukaran pengetahuan yang dilakukan dengan cara yang sangat santun, ia dimulai dengan niat saling berbagi cahaya, ia jauh dari sikap bermusuhan dan saling menyerang. Dialog Socrates dilakukan mengikuti hukum alam, telinga ada dua, mulut ada satu. Artinya, seseorang belajar mendengar dua kali lebih banyak dibandingkan berbicara. Dengan cara ini, pengetahuan tidak lagi membutakan.


Pengetahuan Yang Menerangi

Kembali ke cerita orang buta di awal cerita yang menyebut orang lain bohong soal cahaya, oleh Guru orang ini ditangani secara sangat baik dan halus. Dengan tenang Guru bergumam: “Hari ini bukan waktu baik untuk berdebat. Tapi saya punya seorang teman dekat sekaligus dokter spesialis mata. Tolong Anda pergi ke sana, sepulang dari sana baru ada waktu baik untuk berdialog”.

Beberapa waktu kemudian, setelah orang buta ini bisa melihat, ia lari mencium kaki Guru dengan penuh rasa hormat, kemudian sambil berbisik ia bergumam: “ternyata cahaya itu ada”. Di tangan seorang Guru bijaksana, pengetahuan jauh dari kegelapan yang penuh penghakiman, pengetahuan menjadi cahaya yang sangat menerangi. Dan pengetahuan yang menerangi dimulai dengan pertanyaan siapa diri ini. Dengan pengetahuan akan diri, kemudian seseorang bisa melangkah sesuai dengan panggilan alami masing-masing.

Keadaannya mirip dengan memasuki hutan tua kehidupan. Jika Anda seorang nelayan, cari danau tempat Anda memancing. Bila Anda seorang tukang kayu, cari pohon kering untuk dipotong. Tanpa pengetahuan akan diri, kebanyakan orang akan tersesat di hutan tua kehidupan. Itu sebabnya, sebelum berdialog dengan orang buta di atas, Guru mengirim orang buta tadi ke dokter mata.


Anda Adalah Cahaya

Dibimbing oleh pengetahuan akan diri, kemudian seseorang akan lebih mudah melangkah. Ia sesederhana supir yang menikmati sekali pekerjaannya menyetir mobil, tukang masak yang menyatu dengan kesehariannya yang memasak. Itu sebabnya, seorang Guru zen menjelaskan meditasi secara sederhana tapi sangat mendalam: “meditasi adalah makan tatkala lapar, minum saat haus”.

Sederhananya, apa pun kesehariannya ingat selalu untuk menyatu dengan kekinian. Dalam pesan yang sering diungkapkan di kelas-kelas meditasi: “terima, mengalir, senyum”. Dengan pengalaman kebersatuan seperti ini, Anda adalah cahaya. Serupa dengan cahaya listrik yang mensintesakan positif dan negatif, dalam pendekatan meditatif seperti ini semua bentuk pengalaman kekinian disintesakan. Dan tidak perlu terkejut kalau kemudian Anda bisa melihat cahaya, tidak perlu terkejut jika pengetahuan Anda demikian bercahaya.


Di jajaran Guru yang sudah berjumpa cahaya, membadankan cahaya, memancarkan cahaya, kerap terdengar pesan seperti ini: “bila orang biasa suka melihat cahaya, Guru bijaksana suka memancarkan cahaya”. Dan diantara demikian banyak cahaya yang dipancarkan, kebaikan adalah yang paling kerap dipancarkan. Dan setiap jiwa yang kerap memancarkan cahaya, suatu hari bisa mengerti ternyata kehidupan adalah sebuah tarian cahaya.